Irus Bathok, Tetap O Ye!

Photo by Sahrudin

Utoro, pengrajin di Dusun Candi, Desa Sidomulyo, Kecamatan Secang, menunjukkan 3 macam irus bathok yang ia buat bersama para pekerjanya.

Peralatan rumah tangga buatan pabrik, rupanya tak selalu bisa menggeser produk-produk rumahan. Sebagian ibu rumah tangga dari kalangan menengah keatas, kini, kabarnya justru lebih menyukai irus bathok ketimbang pengaduk sayur dari plastik dan logam.

SAHRUDIN, Secang

“Itu kata pedagang dan pemilik toko yang ambil dari saya,” kata Utoro, pengrajin irus bathok di Dusun Candi RT 1 RW 5, Desa Sidomulyo, Kecamatan Secang, Jumat (8/10). Pria kelahiran 23 Agustus 1972 ini dikenal sebagai “spesialis irus”, sebab hanya alat rumah tangga inilah yang setiap hari ia bikin bersama 15 pekerjanya.

Sebab itulah Utoro mengaku tak gentar melihat serbuan alat-alat rumah tangga berbahan plastik dan logam. Ia justru beranggapan, produk-produk pabrikan itu punya pasar dan konsumen yang berbeda dengan irus bathok buatannya.

Namun demikian, agar semua segmen pasar tetap tergarap, Utoro membuat 3 macam irus menurut kualitasnya, yakni irus kasar, irus sedang dan irus halus. Perbedaan antara masing-masing irus terletak pada bahan tangkai dan proses pengerjaannya.

Photo by Sahrudin

Pekerja perempuan menggosok bathok dengan batu hijau. Hasil gosokan dengan batu hijau akan menciptakan efek serupa pernis: mengkilap!

Tangkai irus kasar dan irus bermutu sedang, menggunakan kayu mahoni dan kayu mindi. Sedangkan tangkai irus halus memakai kayu sonokeling. Pada irus kasar dan irus sedang, tangkai ditempelkan pada bathok dengan cara dipaku.

“Kalau irus halus, belahan tangkai kita selipkan pada bathok, lalu dilubangi dan disatukan dengan paku yang terbuat dari kayu,” tutur Utoro.

Proses pengerjaan irus kasar juga paling sederhana. Bathok dan tangkai diamplas lalu dipaku, selesai. Pada irus bermutu sedang, tangkai perlu dibubut terlebih dulu agar lebih halus dan sedikit “gaya”. Sedangkan irus halus, bathok dan tangkai yang sudah digerinda, dibikin mengkilap dengan gosokan batu hijau.

“Digosok batu hijau, efeknya seperti dipernis. Irus ini yang pasarnya untuk wisatawan dan kalangan menengah keatas,” terang Utoro, yang hanya mampu menyelesaikan 10 buah irus halus setiap hari. Peralatan yang dipakai membuat irus-irus itu tergolong unik. Untuk menggerinda dan mengamplas, Utoro memakai mesin pompa air yang telah dimodifikasi.

Selain berbeda jenis menurut kualitas, irus bathok buatan Utoro juga dibuat dengan ukuran beragam. Ada yang berukuran besar, sedang, kecil bahkan mini. “Setiap kodi, harga irus kasar mulai Rp 7 ribu sampai Rp 12 ribu,” ujarnya. Irus bermutu sedang, mulai Rp 9 ribu hingga Rp 15 ribu perkodi. Yang paling mahal, yaitu irus halus, harganya Rp 18 ribu hingga Rp 30 ribu tiap kodi.

“Satu kodi berisi 20 biji,” lanjut Utoro. Dia menambahkan, irus kasar dan irus bermutu sedang hanya dibuat untuk memenuhi permintaan pasar-pasar tradisional di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sedangkan irus halus buatannya, sudah menyeberang hingga Pulau Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.

Photo by Sahrudin

Pekerja menggergaji kayu yang akan digunakan sebagai tangkai irus.

Sementara itu, Yasin, Kepala Dusun Candi menyebutkan, warga yang menekuni industri kreatif sebenarnya hanya sedikit dibanding jumlah penduduk di dusun itu. “Dari 170 KK (kepala keluarga) cuma ada 8 KK saja yang kerja membuat kerajinan,” jelas Yasin.

Kebanyakan diantara mereka, kata Yasin, berprofesi sebagai petani. Di Dusun Candi, terdapat 3 KK pembuat irus bathok. Sedangkan pembuat kerajinan berupa dompet, boneka, papan catur, alat permainan edukatif dan konveksi, masing-masing 1 KK saja.

“Walaupun jumlah pengrajin hanya sedikit, nyatanya orang lebih mengenal dusun kami sebagai dusun kerajinan,” pungkas Yasin, bangga.*

5 responses to “Irus Bathok, Tetap O Ye!

  1. Mantap… Irus Bathok is the best… Kalo pengiriman ke Makassar Sulawesi Selatan, ongkos kirim besar apa tidak ya ?

    Like

Leave a comment